Wonogiri — Selama ini pemanfaatan tanaman jambu mete atau anacardium occientalel di wilayah Wonogiri baru berkutat di bijinya sebagai makanan kecil. Padahal, masih ada potensi lain dari mete yang tak kalah dalam mendatangkan nilai ekonomis tinggi, seperti kulit biji jambu mete.
Kulit biji dari jambu mete biasanya cuma dianggap limbah. Lebih meningkat sedikit hanya dimanfaatkan untuk pengganti kayu bakar. Sebenarnya, kandungan kulit biji jambu mete dapat digunakan sebagai pestisida alami.
“Dari kulit biji jambu mete setelah diproses secara ekstarktif akan menghasilkan minyak yang disebut CNSL (Cashew Nut Shell Liquid – red). Minyak ini merupakan pestisida alami. Jadi, bisa digunakan sebagai pembasmi hama tanaman pertanian. Ini suatu peluang usaha,” ujar Kepala Kantor Penanaman Modal (KPM) Wonogiri, Stefanus Pranowo, Minggu (23/6) lewat telepon.
Mengingat potensi tanaman mete di Wonogiri yang sedemikian besar, menurutnya, peluang usaha pestisida biji mete juga terbuka lebar. Dikatakan dia, luas lahan tanaman mete mencapai 20.505 hektar. Paling banyak berada di wilayah kecamatan Jatisrono dan Ngadirojo. Tingkat produksinya sekitar 1. 059 ton setiap hektarnya.
“Kalau kami hitung kapasitas pestisida CNSL bisa sampai 20.000 liter setiap tahun. RoI (Return on Investment/tingkat pengembalian modal) mampu menembus 174,78%, ” beber Stefanus.
Dengan hitung-hitungan seperti itu, lanjut dia, nilai ekonomis dari pestisida CNSL terbilang tinggi. Terlebih dengan mulai gencarnya pola pertanian organik, dimana segala sesuatu yang bersifat alami bakal sangat digandrungi petani.
“Sangat disayangkan kalau cuma dibuang sebagai limbah atau dijadikan kayu bakar. Jadi, kembangkan saja menjadi pestisida alami tersebut,” tutur dia.
Caption : Biji mete.