Solo – Pembongkaran bangunan kuno di timur Kantor Kejaksaan, Kepatihan, oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Solo beberapa waktu lalu menuai protes dari komunitas pecinta sejarah, Solo Societeit. Bangunan yang diyakini sebagai Sasranegaran itu mempunyai nilai sejarah yang tinggi sehingga layak dipertahankan.
“Vandalisme bangunan bersejarah ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota tidak memahami pentingnya sejarah. Bahkan abai,” kata sejarawan yang juga pegiat Solo Societeit, Heri Priyatmoko, Senin (16/12).
Dalam denah Kompleks Kepatihan Kuno yang ditunjukkan Heri, bangunan yang kini rata dengan tanah itu dinamai Sasranegaran. Sesuai nama patih pertama yang menempatinya.
Di era Patih Sasradiningrat IV, bangunan itu digunakan untuk mendorong literasi kawula Surakarta yang masih tertinggal. Dari bangunan inilah lahir Paheman Radyapustaka yang kini dikenal sebagai Museum Radyapustaka.
Di Bale Astina rutin digelar diskusi Rebonan (setiap Rabu) yang mengulas ilmu pengetahuan, sastara, dan Budaya Jawa. Sedangkan di Pantiwibawa di sisi utara dibuka perpustakaan dan museum.
Meski terbuka untuk umum, tak banyak kawula yang berani memasuki bangunan itu. Letaknya yang berada di kompleks Kepatihan membuat kawula alit (rakyat kecil) sungkan. Sasradiningrat IV memindahkan Paheman Radyapustaka ke tempat yang lebih merakyat di Sriwedari pada 1 Januari 1913.
“Kepindahan ini bukan berarti aktivitas di sana terus hilang. Bahkan di sana tetap digunakan untuk pusat birokrasi karena di sanalah tempat patih-patih berkantor,” kata dia.
Bangunan bergaya Indische itu, terang Heri diduga kuat sebagai satu-satunya sisa bangunan Kompleks Kepatihan yang hancur saat terjadi gerakan antiswapraja tahun 1946.
Hingga kini, tak terhitung lagi berapa kali bangunan itu beralih fungsi. Sebelum dibongkar, bangunan tersebut digunakan untuk kantor Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) dan kantor berita Antara Biro Solo. Sebelumnya, UPT Pendidikan Kecamatan Jebres dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) saat Pemilihan Gubernur 2017 lalu.
“Saya sodorkan bukti sezaman berupa koran Bromartani edisi 17 Mei 1866 perihal pengangkatan Patih Sasranegara sebagai peristiwa penting yang tidak luput dari mata awas jurnalis. Artinya, itu bukan bangunan kemarin sore,” kata dia.
Editor : Dhefi Nugroho