Sukoharjo — Sebanyak 50 perguruan tinggi di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur, melakukan MoU dengan Perpustakaan Nasional (Perpusnas), di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Selasa (17/12).
“MoU dengan perpustakaan nasional ini sebagai payung hukum kerjasama berkelanjutan untuk pengembangan profesi, pelatihan dan sistem e-katalog.” Kata Djoko Santosa, Kepala Biro Hukum dan Perencanaan Perpusnas.
Rektor UMS Prof Sofyan Anif mengatakan, UMS menaruh perhatian lebih dalam pengembangan perpustakaan. Hal tersebut ditandai dengan berhasil diraihnya perpustakaan terakreditasi A, bahkan satu satunya untuk PTS.
“Perpustakaan menjadi inatrumen penting dalam membentuk kualitas dan standart pemahaman ilmu untuk SDM unggul. Kami beri prioritas pengembangan perpustakaan,” tandas Prof Sofyan.
Pada kesempatan yang sama, digelar Seminar Nasional yang diikuti 90 pustakawan se Jateng, sekaligus musyawarah daerah (Musyda) Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Jateng. Tema yang diangkat “Networking & reorientasi perpustakaan berbasis inklusi sosial di era 5.0”.
“Fenomena yang ada perpustakaan hanya ruangan buku aja, petugasnya seperti karyawan, padahal mereka ahli dalam ilmu kepustakawanan. Ini yang harus dikembangkan, perpustakaan berbasis inklusi sosial,” kata Taufik Kasturi, Wakil Rektor III UMS, salah satu pembicara.
Inklusi sosial yang dimaksud adalah perpustakaan juga menjangkau masyarakat di luar perpustakaan, memfasilitasi masyarakat dan mengembangkan potensinya.
“Pustakawan juga harus kreatif, membuat masyarakat tertarik dalam banyak program literasi,” imbuhnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko