Semarang – Masih seputaran perayaan Cap Go Meh yang dirayakan oleh warga Tionghoa, barangkali ada baiknya sedikit kita berwisata ke Kota Lama Semarang yang mungkin bisa menjadi salah satu alternatif tujuan wisata Anda.
Kota Semarang banyak mempunyai sejarah peninggalan Belanda, salah satu contoh adalah Pecinan dan Little Nederland yang mempunyai daya tarik sendiri baik dari segi bangunan yang bersejarah atau kuliner legendarisnya yang tak bisa dilupakan barang sejenak.
Arsitektur bangunan di kawasan Kota Lama Semarang sangat beragam. Ada Gereja Blenduk (Nederlandsch Indische Kerk) buatan tahun 1750 dengan atap kubah yang dipugar pada 1894. Di hadapan gereja ini berdiri gedung karya Thomas Karsten di tahun 1916 yang kini menjadi gedung Asuransi Jiwa Sraya. Tak lupa bangunan Stasiun Tawang yang mencoba tetap bertahan. Tambahan lagi, pasar Semawis yang menghidupkan Pecinan.
Dikutip dari kompas.com, Liem Thian Joe, dalam Riwayat Semarang, menyebutkan, kehidupan di Pecinan Lor yang kini bernama Gang Warung, di masa silam adalah pusat perhubungan. Sebelah barat bisa berhubungan dengan kampung pribumi yang sekarang jadi Kampung Kranggan dan Pasar Semarang (kini Pasar Damaran). Sementara arah utara melintasi kali berhubungan dengan Petudungan, Pandean, Jeruk kingkit, Ambengan.
Dalam buku itu juga dikisahkan asal usul Pasar Johar. Di tahun 1860, pasar ini merupakan bagian dari alun-alun, di bagian tepi sebelah timur yang berbatasan dengan jalan, tumbuh pohon johar atau mahoni. Pohon itu bikin teduh, sehingga banyak orang senang berteduh di sana. Lama-lama pasar-pasar kecil pun tumbuh di bawah pohon ini.
Pasar kecil ini pun berkembang dan membesar. Pada 1865 bagian alun-alun ini telah jadi pasar dengan pohon Johar yang jug masih berdiri. Maka jadilah nama pasar itu, Pasar Johar. Pembesar kota pada jaman itu kemudian membangun los dan pohon Johar pun ditebang. Tapi tetap saja nama pasar itu, Pasar Johar.
Seperti juga Gereja Blenduk, Pasar Johar adalah kreasi Thomas Karsten. Karsten tak berhenti sampai di Pasar Johar. Karya lain, sebut saja Lawang Sewu, gedung yang kini jadi kantor Asuransi Jiwa Sraya, dan Perkampungan Mlaten.
Pada literatur lain disebutkan, struktur Little Nederland selesai dibangun pada tahun 1741 dan merupakan kawasan untuk orang Belanda. Di sini pernah ada perkantoran, hotel, perumahan, dan bangunan perdagangan lainnya dengan ikon Gereja Blenduk.
Kampung Kauman, Pecinan, Kampung Melayu, dan Little Nederland mengelilingi apa yang dinamakan kota lama Semarang. Yang layak disebut Kota Lama Semarang harusnya adalah Kanjengan. Namun kompleks Kanjengan serta alun-alunnya sudah tak ada, hanya tersisa Masjid Agung Kauman. Sementara apa yang disebut Little Nederland adalah kawasan di sekitar Gereja Blenduk dengan berbagai gaya bangunan.
Semarang memang sangat menarik untuk ditelusuri. Selain urusan mata, yaitu terkait sejarah kota dan bangunan bersejarah, maka urusan kulinerjuga tak boleh terlewatkan. Pasar Semawis di Pecinan layak dikunjungi. Deretan warung kaki lima yang pastinya bikin lupa diri siap unjuk rasa.
Belum lagi resto legendaris, Toko Oen, yang juga layak disambangi, meskipun Toko Oen berawal di Yogyakarta pada 1922, namun kemudian si empunya toko, Liem Gien Nio memutuskan Semarang sebagai cabang pertama di tahun 1936. Toko Oen tak hanya jadi cabang pertama tapi juga jadi resto pertama di Semarang. Makanan ala Eropa pun hingga sekarang masih dipertahankan disini.
(Sumber: kompas.com)
Rony/Timlo.net