Karanganyar — Jalur retakan tanah mengarah permukiman di Dukuh Potrojalu Rt 02/Rw XII Desa Girimulyo, Ngargoyoso, Karanganyar. Kondisi tersebut mengancam keselamatan penduduk di area rawan longsor.
“EWS yang dipasang UNS itu memang di lokasi yang muncul retakan baru. Nah, ternyata berbunyi pekan lalu, membuktikan retakannya melebar,” kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Bambang Djatmiko kepada wartawan di kantornya, Rabu (18/12).
Ia mengatakan, retakan menjalar ke tiga rumah di permukiman itu. Sinyal early warning system (EWS) portabel yang dipasang di celah retakan rumah-rumahnya berbunyi nyaring pada Jumat (13/12).
Sebelumnya, peneliti dari UNS menghibahkan 100 unit EWS portabel ke titik rawan longsor, termasuk di Dukuh Potrojalu, Girimulyo. Tiga rumah itu masing-masing milik rumah Suradi, Suparyono dan Slamet.
Retakan terdeteksi pada dinding hingga membelah lantai. Ada pula pada dinding kamar mandi. Alur retakan memanjang 30 meter menuju jurang di belakang rumah. Tiga rumah berjajar itu berada di dekat jurang berkedalaman 25 meter.
Bambang mengatakan, timnya telah menyurvei lokasi tersebut. Didapati faktor risiko longsor seperti minimnya vegetasi lereng jurang dan sistem pembuangan limbah rumah tangga kurang sadar lingkungan. Di tiga rumah itu tinggal belasan jiwa terdiri dewasa dan lansia.
Kepada mereka, BPBD mengimbau segera mengungsi ke lokasi aman apabila hujan deras mengguyur daerah itu.
“Bersiaga saat hujan deras durasi lama. Rumah-rumah itu tak memiliki penahan dari longsor karena vegetasinya kurang memadai. Tanda-tanda longsor sudah muncul yakni retakan sampai membelah lantai dan dinding,” katanya.
Editor : Marhaendra Wijanarko