Timlo.net – Anggota Ombudsman RI, Adrianus Meliala didampingi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jabar, Liberti Sitinjak, melakukan sidak di Lapas Sukamiskin, Jumat (20/12). Dalam sidak, mereka melihat sel milik mantan Ketua DPR RI Setya Novanto masih luas.
Blok yang dikunjungi yaitu blok timur. Kondisi Lapas Sukamiskin khususnya blok timur sedang dalam renovasi. Sehingga tidak terlihat narapidana berkeliaran di blok tersebut.
Ombudsman lalu mengecek satu persatu ruangan di lantai atas blok timur yang dihuni napi tipikor. Ombudsman juga turut mengecek sel milik Setya Novanto di nomor TA 04.
Sel itu tak seperti yang lainnya. Pintunya tertutup dan ada tulisan ‘Perawatan Medis’ di pintu. Rombongan lalu membongkar gembok dan mendapati kamar Novanto yang luas.
Kamar ini juga sempat didatangi oleh anggota Ombudsman lain Ninik Rahayu kala itu. Bila melihat dari foto-foto saat Ombudsman mengunjungi kamar Novanto beberapa waktu lalu, luasannya hampir sama.
Namun saat dikunjungi tadi pagi, kondisi kamar tampak berbeda. Tidak ada wallpaper yang menempel di dinding seperti saat disidak Ninik Rahayu kala itu.
Namun dua exhaust fan dan lemari seperti kitchen set masih menempel di dinding. Begitupun dengan tempat tidur, ada ranjang dengan dua kasur. Namun satu kasur tampak di posisi berdiri.
Terlihat juga rak buku di atas ranjang. Selain itu, ada juga meja persegi dengan tiga buah kursi. Untuk kamar mandi, toilet berbentuk toilet duduk. Serta shower yang terlihat dibungkus plastik hitam.
Ombudsman bersama Kepala Kanwil lantas memanggil salah seorang penanggung jawab pekerjaan. Pria berkemeja kotak-kotak itu ditanya soal alasan dikuncinya sel Novanto.
“Memang ada perintah lain ya sampai ini (sel Novanto) tidak disentuh?” tanya Adrianus.
Pegawai itu lantas menyebut bila dirinya ada tekanan. Namun, dia tak menjelaskan tekanan yang dimaksud.
“Ya kita juga ada tekanan juga masuk ke sini (sel Novanto),” kata dia.
Kanwil Kemenkum HAM Liberti Sitinjak memotong. Dia menegaskan tak ada tekanan seperti yang dimaksud oleh pegawai tersebut. Bahkan, dia menegaskan hal itu dengan nada tinggi.
“Enggak ada tekanan. Kau enggak usah ngarang. Saya penguasa di sini, ada tekanan dari siapa? Dari saya?,” kata Liberti.
“Bukan,” jawab pegawai tersebut.
“Sudah setop. Tanggung jawab di sini saya, jangan kau melebar kemana-mana. Kau bilang ada tekanan, enggak boleh. Memang siapa yang menekan anda? Penguasa di sini siapa? Saya titik. Jangan kau lebar-lebarkan. Bilang tekanan, tekanan siapa? yang tahu di sini kan saya. Tekanan kalapas?” kata Liberti.
“Oh enggak pak justru kami kerja sama,” jawab pegawai itu.
“Saya perintahkan bongkar,” kata Kalapas Sukamiskin Abdul Karim menimpali.
Editor : Dhefi Nugroho