Bandung – Suasana pagi hari selasa (23/02/10) sekitar pukul. 07.00 WIB sangat mendukung para pemetik teh untuk melakukan pekerjaannya, seperti dilansir dari kompas.com, Maryati (27) kehilangan anaknya setelah terjadi longsor di kawasan Kampung Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung Selasa (23/02/10).
Bencana tanah longsong yang mengubur hampir 72 orang dan 6 korban tewas yang baru ditemukan terjadi sekitar pukul 08.00 WIB, dimana saat kejadian, Maryati (27) sedang melaksanakan aktivitas keseharianya memetik teh di PT Cakra Perkebunan Teh Dewata, Kampung Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung.
Ketika matahari mulai meninggi sekitar pukul 08.00 WIB, sejumlah pemetik teh pun kembali ke pemondokannya untuk melepas penat usai bekerja dan menyiapkan tenaga kembali. Sebagian pemetik teh yang lain, pagi itu tidak langsung beristirahat, melainkan menimbang teh di pabrik yang letaknya masih berada di areal perkebunan teh.
Tapi, tidak demikian dengan Maryati, dia masih melanjutkan pekerjaannya untuk memetik teh.
Tiba-tiba dentuman suara keras seperti ledakan bom, diikuti gemuruh gerusan tanah pegunungan Waringin, terdengar jelas oleh Maryati. Mendengar itu, Maryati mengaku panik, dan langsung melarikan diri ke dataran lebih tinggi."Begitu terdengar suara seperti ledakan, saya langsung lari ke atas, dan ternyata itu suara longsor, tumpukan tanah merah menimbun kampung," katanya dengan bibir gemetar.
“Saya kehilangan anak, namanya Ihsan. Saat kejadian dia sedang berada di dalam rumah,” ujar Maryati terpatah-patah. “Saya berharap, kalaupun memang anak saya meninggal dunia, jenazahnya bisa segera ditemukan. Dan kalau selamat, alhamdulillah sekali, ya Allah,” ujarnya sambil meneteskan air matanya.
Longsor yang terjadi sekitar pukul 08.00 WIB di perbukitan Waringin, menimbun pemukiman warga di Kampung Dewata, Desa Tenjolaya. Hampir seluruh kawasan perkebunan, perkantoran, dan permukiman para pegawai pemetik teh tertutup longsoran tanah.
Hingga Rabu pagi ini, tujuh korban tewas telah berhasil ditemukan tim SAR gabungan, sementara belasan warga lainnya diduga masih terkubur hidup-hidup di bawah tanah merah bercampur bebatuan itu.
(Diolah dari berbagai sumber)