Solo – Buku berjudul “Berjalan di Garis Tak Bertuan – 101 Catatan Akhir Pekan Wartawan Pinggiran” diluncurkan di Dalem Joyokusuman, Sabtu (4/1) malam. Buah pikiran jurnalis asal Solo, Muchus Budi Rahayu itu merupakan kumpulan tulisannya dari tahun 2014 – 2018 selama menjalani profesi wartawan di Kota Bengawan.
“Saya punya kebiasaan menulis hal-hal aktual setiap akhir pekan. Dalam seminggu saya lihat ada peristiwa atau isu apa yang menarik, itu saya tulis di salah satu media,” kata Muchus usai acara.
Dia rutin mengisi kolom opini di salah satu media cetak di Solo. Selama lima tahun menuangkan pikirannya, terkumpul lebih dari 300 tulisan. Temanya beragam mulai dari budaya, politik, ekonomi, hingga pendapatnya mengenai tokoh-tokoh bangsa. Sebagai alumni Jurusan Sastra Jawa UNS, Muchus banyak mengambil analogi dari cerita-cerita pewayangan untuk mengomentari isu-isu yang hangat di masyarakat.
“Sebagian besar dimuat di Radar Solo. Kebetulan saya ada kerja sama dengan sana. Tapi ada juga yang di media lain. Malah ada yang dari media sosial,” katanya.
Dari 300-an lebih tulisan itu, dipilih 101 yang paling relevan dan menarik. Tulisan-tulisan itu disusun dalam beberapa bab sesuai isi tulisan. Ia berharap dengan membaca kumpulan tulisan tentang peristiwa di masa lalu, pembaca dapat mengambil pelajaran sebelum melangkah ke depan.
“Tulisan-tulisan itu kan terpisah ya. Tapi kalau dikumpulkan dan dibaca, orang bisa mengambil pelajaran. Oh, dulu ada seperti ini, berarti ke depan saya harus bagaimana,” kata dia.
Acara peluncuran tersebut dihadiri juga oleh Anggota Komisi VI DPR-RI, Aria Bima. Sebagai politisi, ia menilai tulisan Muchus sebagai kaca untuk refleksi diri para politisi. Karena dalam tulisan-tulisannya Muchus banyak mengkritik pemerintah maupun politisi.
“Tulisan-tulisan Muchus selalu berpihak kepada rakyat. Ini yang menjadi pengingat buat kita, bahwa kita ini kerja untuk siapa. Buku ini bagus dibaca politisi tanpa harus baper, dan mengambil nilai-nilai yang ada di situ,” katanya.
Editor : Dhefi Nugroho