Wonogiri — Puluhan pasien di Wonogiri dinyatakan positif terjangkit virus Leptospirosis dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Bahkan, karena terjangkit penyakit tersebut, beberapa pasien meninggal dunia. Oleh sebab itu, Pemkab Wonogiri meminta agar masyarakat lebih berhati-hati dan waspada, mengingat kedua virus itu memanfaatkan air sebagai media penyebarannya.
“Ini kan sudah memasuki musim penghujan, masyarakat harus waspada. Karena tempat yang dapat menyimpan air bisa menjadi sarang nyamuk Aides Aegepty dan juga terpapar oleh air kencing tikus. Oleh sebab itu kita imbau agar masyarakat menggalakkan kegiatan PSN (pemberantasan sarang nyamuk),” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Wonogiri Adhi Dharma, Rabu (8/1).
Sementara dari laporan, sepanjang 2019, penyakit DBD penyebarannya terjadi di 18 kecamatan. Diantaranya Kecamatan Wonogiri, Selogiri,
Sementara jumlah warga yang positif terjangkit DBD sebanyak 59 orang. Perinciannya, Kecamatan Wonogiri 10 orang, Selogiri (8),
Selain wabah DBD di tahun 2019, di 11 kecamatan di Wonogiri sebanyak 21 pasien positif terpapar virus Leptospirosis. Bahkan menyebabkan tiga orang meninggal dunia.
Adapun kasus virus Leptospirosis terjadi di Kecamatan Wonogiri sebanyak satu pasien, Tirtomoyo satu pasien, Karangtengah satu pasien, Pracimantoro satu orang pasien.
Kemudian diwilayah timur, seperti Kecamatan Jatisrono ada 5 pasien, Sidoharjo dua pasien, Jatiroto satu pasien, Girimarto dua pasien, Slogohimo tiga pasien dan Kismantoro dua pasien. Lalu pasien yang meninggal dunia akibat virus itu satu pasien asal Pracimantoro, Jatisrono satu pasien serta satu pasien asal Slogohimo.
Lebihlanjut Adhi Dharma mengatakan, meski hingga saat ini belum ada laporan kasus, baik DBD ataupun Leptospirosis, pihaknya menekankan pentingnya menjaga kebersihan rumah maupun lingkungan sekitar. Selain itu masyarakat diminta untuk mengutamakan perilaku hidup sehat.
“Sampai saat ini kita belum menerima laporan,” beber Adhi Dharma.
Kepala Dinkes Wonogiri menyebut bahwa obat Leptospirosis sudah tersedia di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas, praktik dokter, dan klinik. Obat tersebut salah satunya berupa antibiotik. Namun demikian masyarakat perlu upaya antisipasi penyebaran penyakit yang berasal dari bakteri Leptospira Interrogans dengan cara menggunakan pengaman ketika barada ditempat kotor seperti genangan air yang kemungkinan tercemar air kencing tikus.
Dia berharap masyarakat tidak menyepelekan penyakit ini. Ketika ada gejala-gejala yang sekiranya mengkhawatirkan segera memeriksaan ke fasilitas kesehatan. Sebab, bisa saja penyakit tersebut tidak terdeteksi sejak dini. Akan tetapi yang khas pada penyakit ini, pasien akan merasakan nyeri di bagian betis.
“Begitu pula dengan DBD yang ditangani pada fasilitas pertama. Pihak medis akan melakukan serangkaian rapid test terhadap pasien. Nah, ketika pasien ini sudah positif langsung dirujuk ke rumah sakit,” imbuhnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko