Solo — Setidaknya 20 hunian di atas sungai Tegal Konas, Kelurahan Kedung Lumbu, Pasar Kliwon dibongkar Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Meski Pemkot menawarkan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Mojosongo untuk pemilik bangunan, mereka lebih memilih pindah ke rumah kontrakan atau menumpang ke rumah keluarga.
“Kebanyakan pilih mengontrak atau numpang di rumah saudara seperti saya,” kata salah satu warga yang rumahnya dibongkar, Suyatmin.
Ia mengakui tempat tinggal di Rusunawa Mojosongo jauh lebih baik daripada menumpang di rumah saudaranya yang berada tepat di rumahnya yang dibongkar awal Desember lalu. Namun pertimbangan biaya hidup membuatnya mengurungkan niat.
Salah satunya beban yang timbul dari transportasi sekolah anaknya. Selama ini, ia mengantar-jemput anaknya ke sekolah di SMK Negeri 2 Surakarta. Mengantar-jemput anak dari Rusunawa Mojosongo dirasa terlalu memberatkan karena jaraknya terlalu jauh. Apalagi jalan di Mojosongo sangat padat karena menjadi lalu lintas barang antarkota.
“Kalau naik ojek online saya hitung sehari bisa Rp 28 Ribu. Naik angkot hampir sama karena harus pindah dua kali,” katanya.
Warga lain, Istrini mengatakan hal senada. Selain jarak Rusunawa Mojosongo yang terlalu jauh dari tempat suaminya bekerja, biaya sewa Rusunawa dianggap memberatkan. Meskipun biaya sewa unit hanya Rp 80 Ribu per bulan, penghuni Rusunawa masih dibebani uang kebersihan, keamanan, dan iuran bulanan dari Paguyuban. Saat sosialisasi, ia langsung dihadapkan pada biaya listrik dan air hingga Rp 300 Ribu.
“Itu baru buka pintu. Nanti tiap bulannya masih kena lagi walaupun tidak semahal itu. Tapi tetap saja totalnya bisa Rp 300 Ribu per bulan kalau dihitung sama uang kebersihan, uang keamanan, dan lain-lain itu,” katanya.