Sragen — Salah seorang Siswi di SMA Negeri 1 Gemolong Kabupaten Sragen diintimidasi karena tak mengenakan hijab. Kekerasan psikologis ini justru dilakukan oleh temannya yang tergabung dalam ekstrakulikuler Rohaniawan Islam (rohis).
Intimidasi dan tekanan pada siswi dengan inisial Z ini membuat ayahnya Agung Purnomo bereaksi. Sebagai seorang ayah dia merasa perlu bertindak untuk melindungi putrinya. Lantas dia melakukan tabayun kepada sekolah terkait atas apa yang dialami putrinya.
“Kalau guru itu menghimbau berhijab, kita senang karena diingatkan dan namanya ibadah memang harus saling mengingatkan,” ujar Agung Purnomo, Kamis (9/1).
Agung tidak menampik anaknya yang sekolah di SMAN 1 Gemolong memang tidak menggunakan hijab. Pada awalnya anaknya dihimbau oleh Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah tersebut untuk berhijab.
Tetapi setelah itu, dari rohis yang mengirim pesan WhatsApp pada anaknya. Isi dari pesan WhatsApp tersebut, intinya terkait pesan masalah azab tidak berhijab dan konsekuensi muslim yang tidak berhijab.
“Awalnya saya anggap wajar karena tumbuh kembang anak,” ujar Agung.
Tetapi setelah berjalannya waktu, setiap hari nomor dari rohis tersebut terus mengirimkan pesan serupa dan dirasa mulai mengganggu. Karena merasa tidak nyaman, Z berkeluh kesah pada dirinya.
“Karena meresahkan, saya sarankan diblokir. Namun, setelah diblokir ternyata masih banyak nomor lain yang masuk mengintimidasi untuk berhijab,” terangnya.
Dia berusaha tetap berpikir dingin mengajak ketemuan nomor yang mengintimidasi anaknya. Perlu diskusi untuk agar mencari sumber masalah dan solusinya.
“Tapi jawabannya luar biasa bagi saya, katanya ketemu tapi tidak tau dalil untuk apa. Saya malah disuruh ketemu guru PAI,” terang Agung
Anak Rohis tersebut juga malah menantang untuk melihat saat di akhirat nanti. Bahkan orang yang mengirimkan pesan WA pada Z juga meminta agar tidak membawa masalah ini ke sekolah karena ini tentang agama.
“Sejak kapan tidak boleh membawa masalah ke sekolah, ini harus diselesaikan di sekolah,” tandasnya.
Tak terima dengan perlakuan tersebut, Agung menemui pihak sekolah untuk meminta kepastian dan penjelasan. Menurutnya ada pemaksaan dan ada ancaman juga karena anaknya tak pakai jilbab.
“Akhirnya kemarin saya berinisiatif tabayun klarifikasi ke pihak sekolah, dinas dan Rohis sekolah,” papar Agung.
Menangapi hal itu, Sumanti bagian Humas SMAN 1 Gemolong menyampaikan bahwa hal tersebut sudah disepakati sudah damai. Pihak sekolah juga sudah meminta maaf atas hal tersebut.
“Dari orang tua siswa malah akan membantu Rp 10 Juta untuk pembangunan masjid, sehingga di sekolah sudah selesai. Tidak ada radikalisme di sekolah ini,” kata Sumanti.
Dia menegaskan hal ini hanya masalah salah paham. Dari orang tua murid sudah mendapat penjelasan dan bisa menerima.
Editor : Wahyu Wibowo