Wonogiri – Setelah sukses meraih predikat Wilayah Bebas Korupsi (WBK) 2019 dari Kemenpan RB, tahun ini Rutan Kelas II B Wonogiri bercita-cita mengejar predikat Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Oleh sebab itu, lembaga pemasyarakatan ini mulai berbenah diri dengan mempersiapkan terobosan-terobosan barunya.
“Cita-cita kami Insya Allah di 2020 ini kami ingin meraih predikat WBBM,” terang Kepala Rutan Kelas II B Wonogiri Urip Dharmayoga didampingi Kepala Keamanan Agus Susanto, Selasa (28/1).
Dijelaskan, salah satu terobosan yang dilakukan adalah mendirikan Pusat Layanan Terpadu. Gedung itu didirikan terpisah dari bangunan Rutan atau tepatnya di dekat pintu masuk kompleks lembaga pemasyarakatan. Berbeda dengan sebelum dibangun gedung layanan terpadu, keluarga warga binaan harus masuk ke dalam Rutan dan bertemu dengan petugas di dalamnya.
“Nah, di dalam gedung itu keluarga warga binaan dapat dengan mudah mengakses biodata keluarganya yang sedang menjalani pembinaan. Karena, di situ kami sediakan perangkat komputer canggih,” ujarnya.
Menurutnya, pengoperasian komputer itu cukup mudah. Hanya dengan sidik jari keluarganya, biodata narapidana yang bersangkutan akan muncul di layar monitor. Namun sebelum itu, pihak keluarga warga binaan harus registrasi terlebih dahulu.
Selain biodata, dengan alat itu dapat diketahui kapan narapidana mendapat remisi dan juga hak-hak mereka ketika sudah menjalani dua pertiga masa pidana. Seperti tentang prosedur pembebasan bersyarat (PB) dan cuti bersyarat (CB).
“Ini salah satu cara agar keluarga binaan tidak terlalu banyak interaksi dengan petugas kami. Jadi tidak perlu ketemu dengan petugas, karena kalau ketemu petugas itu sangat rawan. Dalam artian bisa memicu hal-hal yang tidak benar,” kata dia.
Selain adanya layanan satu pintu, pihaknya juga telah memperbaiki kualitas makanan bagi warga binaan. Dia mengaku galak dalam hal ini. Bahkan, dia langsung mencicipi hidangan yang disajikan untuk narapidana. Jika rasa masakan kurang bumbu, pasti sang juru masak kena semprot langsung.
“Benar, pasti saya langsung marahin, wong saya selalu mencicipi hidangan mereka. Jadi tahu, ini kurang bumbu, kurang garam. Maka, dengan ini kami ingin citarasa makanan narapidana ini juga tidak asal-asalan, yang manusiawilah,” bebernya.
Kepala Keamanan Agus Susanto menambahkan, petugas pengawasan makanan untuk warga binaan semuanya sudah mendapat sertifikasi dari Dinas Kesehatan. Menurut dia juru masak di Rutan sebanyak tiga orang, mereka sudah memiliki sertifikasi terkait gizi dan juga laik sehat. Selain itu, air minum untuk napi juga secara rutin dilakukan uji laboratorium di Dinkes Wonogiri.
Editor : Dhefi Nugroho