Wonogiri – Ratusan calon pegawai negeri sipil (CPNS) formasi 2018 di lingkungan Pemkab Wonogiri resmi menerima SK PNS. Meski begitu, Bupati menyentil kalangan PNS yang dilantik agar tidak lupa diri dengan jabatan ‘seksi’ yang disandangnya.
“Jumlah total CPNS formasi 2018 yang hari ini menerima SK PNS sebanyak 396 orang. Selain penyerahan SK PNS dan pengambilan sumpah janji PNS kita juga melakukan pelantikan pelantikan 115 tenaga kesehatan yang akan dilantik dalam jabatan fungsional,” terang Kepala BKD Wonogiri Haryono kepada awak media di Wonogiri, Selasa (4/1).
Wakil Bupati Wonogiri Edy Santosa menegaskan bahwa pengambilan sumpah dan pengangkatan itu merupakan amanat Undang-undang.
Untuk lulus jadi PNS harus memenuhi banyak persyaratan. Selain lulus pendidikan dan pelatihan, juga harus sehat jasmani dan rohani.
Dia menilai bahwa penerimaan SK tersebut merupakan salah satu hasil jerih payah mereka yang telah lulus dalam tahapan panjang. Wabup Edy Santoso menekankan agar mereka setelah dilantik menjadi PNS benar-benar tulus dan mengingat sumpah janji yang telah diucapkan.
Sementara Bupati Wonogiri, Joko Sutopo menembahkan bahwa status PNS adalah jabatan ‘seksi’ di masyarakat. Banyak yang ingin menjadi PNS di kalangan masyarakat luas.
“Kalau saya bicara PNS, itu bicara kepatuhan, kedisiplinan, dan integritas. Proses panjang dari CPNS menjadi PNS adalah proses yang menyeleksi apakah anda berintegritas atau tidak. Apalagi hari ini Pemkab menyerahkan SK, maka mulai saat ini juga komitmen anda mulai dijaga. Apa komitmennya? Yaitu mengabdi pada negara dan bangsa melalui program-program yang diwujudkan oleh pemerintah pusat atau daerah,” jelas Bupati.
Menurutnya, saat SK sudah diberikan, PNS ini berada pada fase observasi, harus banyak mengenal terlebih dahulu sistem yang telah berjalan dan apa yang menjadi gambaran untuk dilakukan di kemudian hari. Proses ini menurutnya sangat menentukan nanti PNS dapat mengemban tugas dengan baik atau tidak.
Bupati Wonogiri meminta agar mereka segera beradaptasi dengan lingkungan kerja dan benar-benar tulus mencurahkan energinya dalam membangun dan berkontribusi besar untuk Wonogiri.
“Ayo kita ubah bersama paradigma orang di luar sana yang mengatakan Wonogiri kota miskin, kota gaplek, kota penyumbang urbanisasi terbesar di Indonesia. Itu dulu, paradigma ini harus kita ubah supaya kita punya kesetaraan dengan Kabupaten lain. Selama tiga tahun ini, tingkat kemiskinan kita berada di zona hijau. Dulu rangking 30, sekarang rangking 18 dari 35 Kota/Kabupaten se-Jawa Tengah,” tegasnya.
Editor : Dhefi Nugroho