Solo — Lima dalang muda berkemajuan SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Solo sowan Sang Maestro Dalang Ki Manteb Soedharsono, di Karangpandan, Karanganyar, Kamis (6/2).
“Sebagai orang yang dituakan dimintai petunjuk sebisa mungkin saya jawab. Panggil saya Mbah Manteb. Menjadi seniman pedalangan, tapi pertama kali saya berbangga karena terutama SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta anak didiknya suka wayang, itulah orang Indonesia,” ujar Ki Manteb Sudarsono.
Ki Manteb mengajak semua pihak berbudaya, melengkapi jati diri bangsa Indonesia, karena budaya itu angan-angan pikiran yang bisa menimbulkan kebaikan, ketentraman, persatuan dan kesatuan untuk mencintai negara Republik Indonesia lewat agama dan budaya.
“Kalau ingin belajar menjadi dalang harus jujur; jujur terhadap dirinya sendiri, orang tua maupun gurunya. Jadi dalang harus mengenyam pendidikan TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, apabila tidak berpendidikan kurang lengkap, untuk penguasaan teknik bisa gladi di rumah,” urai Ki Manteb.
Wakil Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Jatmiko menyatakan, pergelaran wayang kulit merupakan tontonan penuh tuntunan yang bisa mengantarkan masyarakat kepada tatanan berkeadaban.
“Kami berharap dengan sekolah dinobatkan sebagai sekolah budaya, karakter semakin kokoh dan seni budaya terus tumbuh dan berkembang lewat kegiatan ekstrakurikuler dan pihak-pihak yang akan memfasilitasi anak-anak kami tampil di luar sekolah,” ujar Jatmiko ketika ikut mengantar silaturahmi bertajuk “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia, NKRI Harga Mati,”.
“Kecepatan jari Ki Manteb bikin aku terpukau. ini yang belum hilang dari ingatan saya, temanku ada Muhammad Azkhavin Rizky Wiratama, Galen Bianco Hartono, dan adikku Brama Kesawa, putra dalang Ki Cahyo Kuntadi dan Sukesi Rahayu, semua dalang berpotensi dan berkemajuan, serta guruku dalang muda Muhammadiyah Ki Agung Sudarwanto MSn,” ucap Gibran, dalang milenial.
Editor : Marhaendra Wijanarko