Solo — Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Solo mengungkapkan hasil survei Indo Barometer sekitar 19 sampai 23 persen masih menunggu politik uang. Hal survei itu tidak bisa dianggap sepele dan perlu dilakukan kewaspadaan di Pilkada nanti.
“Hasil survei dari Indo Barometer ada sekitar 19 sampai 23 persen masih menunggu politik uang. Itu fakta yang terjadi sekarang,” ujar Ketua Bawaslu Solo, Budi Wahyono kepada Timlo.net, usai rapat Koordinasi dengan Stakeholder Pilkada di Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, Selasa (26/2).
Salah satu upaya yang dilakukan Bawaslu Solo untuk mengantisipasi politik uang, kata Budi, dengan membentuk embrio kampung anti politik uang. Sedikitnya sudah ada tiga kelurahan di Kecamatan Laweyan yang dibentuk kampung anti politik uang.
“Modus politik uang baru saat ini adalah gentong babi. Dimana calon petahana mengunakan dana APBD untuk kepentingan publik digunakan untuk membiayai Pilkada,” kata dia.
Ia mengungkapkan pelaksanaan Pilkada juga rawan terjadi konflik salah satunya karena politik SARA. Namun demikian, isu SARA di Pilwakot tidak seperti yang terjadi di Pileg dan Pilpres.
Ia berharap dengan pertemuan ini titik rawan yang muncul bisa lebih cepat dipetakan. Lokasi rawan sendiri tidak jauh beda dengan Pileg dan Pilpres
“Tingkat kerawanan di Solo termasuk kategori sedang dengan level empat. Jadi masih dalam batas aman,” kata dia.
Editor : Wahyu Wibowo