Timlo.net – Cuaca hujan deras ketika pesawat C-130 Hercules TNI AU mendarat di Pudong, bandara internasional terbesar di Kota Shanghai, China, Sabtu (21/3) pukul 14.15 UTC atay 21.15 WIB malam. Hanya singgah 2,5 jam untuk loading, pesawat itu saat ini sudah tiba kembali di Tanah Air.
Pesawat itu adalah misi khusus TNI untuk mengangkut 9 ton obat-obatan pesanan Pemerintah Indonesia untuk melawan Covid-19. Berikut ini fakta-fakta yang dirangkum dari sejumlah sumber, mengenai penerbangan tersebut:
Terbang dari Malang, Gunakan Pesawat Sepuh
Pesawat C-130 H Hercules bernomor registrasi A-1333 berangkat dari Pangkalan Udara Abdurachman Saleh, Malang, Sabtu (21/3) pagi. Pesawat diawaki 18 aircrew, ditambah tiga orang personel dari Dispenau dan dua orang dari Kemenhan. Pimpinan misi adalah Letkol Pnb Suryo Anggoro, Komandan Skuadron 32.
Meski terbang melintasi samudra sejauh ribuan mil, TNI AU tak ragu mengerahkan pesawat angkut yang terbilang tua. Laman indomiliter.com menyebutkan A-1333 adalah salah satu dari sembilan unit Hercules tipe H yang tahun 2017 lalu didapatkan dari Australia. Sebanyak lima unit didapat dari pembelian, empat sisanya hibah.
Pesawat turboprop bermesin empat itu dibuat di Amerika Serikat pada tahun 1978, kemudian digunakan oleh Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force) hingga dipensiunkan pada tahun 2014.
Sekadar catatan, salah satu pesawat asal Australia itu dengan nomor A-1334 telah mengalami total lost dalam musibah kecelakaan menjelang pendaratan di Bandara Wamena, Papua. Sebanyak 12 awak dan satu penumpang dinyatakan meninggal dunia dalam kecelakaan yang terjadi pada 18 Desember 2016.
Transit Dua Kali, Para Awak Harus Berganti Kostum di Perjalanan
Jarak yang sangat jauh, membuat penerbangan ke China tidak bisa ditempuh langsung ke tujuan. Pesawat melakukan dua kali transit singkat, yang pertama di Natuna.
Selain untuk mengisi bahan bakar, saat transit di Natuna juga dimanfaatkan para awak pesawat untuk berganti kostum. Seragam penerbang TNI AU coverall warna hijau diganti dengan baju khusus yang bisa mencegah penularan virus.
Tindakan itu wajar dan diperlukan, karena Natuna merupakan transit terakhir sebelum pesawat memasuki wilayah China yang masih belum bebas dari wabah Corona. Setelah terbang sekitar 3,5 jam, pesawat kembali transit di Sanya Phoenik International Airport, Hainan, China.
Di Sanya pun transit hanya sekadar untuk mengisi bahan bakar, lalu kembali mengudara menuju Bandara Pudong, Shanghai, sebagai tujuan akhir.
Besok Pagi Mendarat di Halim Perdanakusuma
Sesuai namanya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memang berpacu dengan waktu. Begitu sampai di Pudong, awak pesawat tidak beristirahat. Mereka langsung memulai memunggah muatan obat dan alat kesehatan lainnya seberat 12 ton ke pesawat. Proses itu memakan waktu sekitar 2,5 jam.
Lalu, mereka terbang lagi menyusuri rute yang sama dengan saat berangkat. Minggu (22/3) pagi pukul 9.23 pesawat mendarat lagi di Bandara Raden Sadjad, Natuna.
Hanya, kali ini mereka tidak terburu-buru menyelesaikan etape terakhirnya ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Betapa pun, setelah bekerja nonstop 27 jam, awak pesawat butuh istirahat. Selain itu ada yang tak kalah penting, mereka dan pesawatnya baru saja keluar dari negara yang terjangkit wabah, sehingga mutlak harus didekontaminasi terlebih dahulu.
Besok pagi, jika tak ada aral melintang, pesawat akan terbang sekitar 3 jam dan mendarat di Jakarta.
sumber: Akun Twitter Puspen TNI dan TNI AU, indomiliter.com
Editor : Ari Kristyono