Solo — Psikolog Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Drs Soleh Amini Yahman MSi mengemukakan, dalam perspektif psikologi sosial, lockdown jika tidak didasarakan atas analisis kedekatan sosial (social intimacy) yang tepat dan akurat akan sangat merugikan kehidupan sosial kemasyarakatan.
“Lockdown tidak hanya akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan ekonomi, tetapi juga merusak tatanan kehidupan yang penuh persahabatan dan keakraban antar warga masayarakat,” ungkap Soleh Amini kepada Timlo.net saat dihubungi melalui telepon seluler, di Solo, Selasa (31/3).
Mengapa demikian? Menurut Aoleh, karena lockdown akan menciptakan disparitas sosial (sekat-sekat sosial) dan social dastance yang akan merusak sendi-sendi solidaritas sosial, gotong royong, ukhuwah, kebersamaan dan rasa ingroup feeling.
“Jika semua itu terjadi gara-gara lockdown maka maka hancurlah nilai luhur kehidupan bersama yang selama ini sudah nibo tangi kita bangun,” ujarnya.
Namun jika lockdown itu diterapkan dengan analisis dan kalkulasi yang pas (misalnya karena keadaan darurat perang atau wabah penyakit atau pagebluk) maka lockdown (mengunci kota untuk mencegah sirkulasi manusia), menurut Sony –panggilan akrab Soleh Amini, maka lockdown yang sifatnya sementara akan memberi efek yang baik.
“Tetapi karena kodratnya manusia itu adalah mahkluk yang hidupnya bersama, saya yakin tidak akan ada lockdown yang 100 % berhasil dilaksanakan,” ujarnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko