Timlo.net–Para peneliti mengungkap jika kehilangan indera penciuman dan perasa adalah dua gejala utama yang menunjukkan seseorang terinfeksi virus corona.
Para peneliti dari King’s College London, Inggris itu melacak gejala-gejala infeksi virus itu lewat aplikasi khusus. Pada 31 Maret 2020, aplikasi the Covid Symptom Tracker berhasil mengumpulkan gejala penyakit virus corona dari 1,8 juta pengguna.
Sebanyak 59% dari 1,5 juta orang yang mendaftar pada 29 Maret 2020 positif terkena virus corona. Mereka melaporkan gejala kehilangan indera penciuman dan perasa.
Para peneliti percaya jika dua gejala itu adalah indikator kuat untuk memprediksikan infeksi Covid-19 dibandingkan demam, tulis Daily Star, Rabu (¼). Tim pengembang aplikasi menciptakan sebuah model yang menyajikan kombinasi gejala termasuk hilangnya indera pencium dan perasa, demam, batuk, kelelahan, diare, rasa sakit perut, dan hilangnya selera makan. Kesimpulan mereka adalah dari sekian banyak gejala, hilangnya indera perasa dan penciuman adalah indikator terkuat.
Gejala yang umum dikatakan sebagai infeksi corona adalah demam dengan suhu di atas 38 C, kelelahan dan batuk kerik. World Health Organisation (WHO) mengungkapkan gejala-gejala lain termasuk susah bernafas, nyeri dan rasa sakit dan tenggorokan kering.
Beberapa penderita virus corona juga mengungkapkan jika mereka kehilangan indera perasa dan penciuman juga sakit perut. Minggu lalu, Dr. Maria Van Kerkhove dari WHO berkata jika beberapa orang memang melaporkan dua gejala itu pada tahap awal. Tapi kesimpulan para peneliti ini perlu diulas lebih dalam.
Pemimpin penelitian dari King’s College, Profesor Tim Spector berkata, “Saat digabungkan dengan gejala-gejala lainnya, orang yang kehilangan indera penciuman dan perasa rupanya tiga kali lebih besar terkena virus corona menurut data kami, dan harus mengisolasi diri selama 7 hari untuk mengurangi penyebaran penyakit itu.”
Editor : Ranu Ario