Semarang — Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) sempat melayangkan protes kepada PSSI. Karena merasa keberatan dengan keputusan PSSI terkait status kompetisi Liga 1 dan 2 force majeure.
APPI telah menyampaikan surat gugatan ke PSSI, karena dianggap tidak melibatkan para pesepakbola dalam pengambilan keputusan itu. Terutama keputusan PSSI yang mewajibkan klub membayar 25 persen dari nilai kontrak yang sudah disepakati.
“Memang saya melihat karena kurangnya komunikasi saja. APPI merasa kurang dilibatkan sehingga menolak. Sebenarnya kalau dilihat, maksud dari PSSI itu sangat bagus dan positif,” beber Yoyok Sukawi, Jumat (3/4).
“Kalau PSSI membiarkan dan pemerintah memutuskan status negara lockdown, otomatis semua kerjasama batal secara hukum dan pemain tidak dapat apa-apa,” tuturnya.
Menurutnya, pemberian gaji sebesar 25 persen adalah jalan yang terbaik. Supaya, baik klub dan pemain masih ada ikatan kontrak, meski status kompetisi sedang pending. Semua bakal kembali berjalan normal ketika kompetisi dilanjutkan.
“Misalnya nanti kompetisi lanjut, semua pemain haknya akan utuh, tidak boleh berkurang. Akan dihitung lagi di belakang. Kalau tidak diberi penuh, bisa dituntut. PSIS tetap memenuhi apa yang disepakati dalam kontrak,” timpalnya.