Wonogiri — Bupati Wonogiri Joko Sutopo tak sepandapat dengan daerah lain soal penyiapan tempat karantina khusus bagi pemudik yang akan menjalani karantina. Tempat karantina para pemudik ini bukanlah tempat untuk pengungsian. Bahkan dia berpendapat lokasi karantina khsusus yang seperti itu justru akan mempercepat penyebaran dan penularan virus Corona (covid-19).
“Mohon maaf kita tidak sepakat dengan daerah lain yang menyiapkan gedung untuk lokasi karantina ini. Semisal kemarin ada usulan di Wonogiri gedung Giri Cahaya sebagai karantina khusus untuk pemudik. Kalau untuk pengungsi okelah, tapi ini yang kita lawan virus berbahaya,” terang Bupati Wonogiri Joko Sutopo, Senin (6/4).
Dia berpendapat dengan disiapkan karantina khusus seperti ini, sama saja akan mempercepat penyebaran dan penularan virus corona. Misalnya sebuah gedung dijadikan lokasi karantina, maka otomatis social distancing-nya tidak memenuhi.
“Gedung kan tidak ada sekat-sekat pemisahnya. Belum lagi antre saat ke MCK. Bayangkan, pemudik di Wonogiri berdasar data yang kita terima terakhir mencapai 30 ribu jiwa. Seperti apa kondisinya, social distancing-nya terpenuhi apa tidak?” kata Bupati.
Bupati menjelaskan, berdasarkan data per 4 April jumlah pemudik yang tiba di Wonogiri sebanyak 30 ribu orang. Jumlah pemudik yang kembali ke Jabodetabek sekitar 19 ribu orang.
Ditambahkan, soal karantina pihaknya sepakat jika kalangan pemudik melakukan karantina mandiri alias di rumah mereka masing-masing. Jika ada gejala menonjol maka pemudik wajib memeriksakan diri ke layanan kesehatan lini dua (puskesmas).
“Di rumah lebih baik. Tapi perlu diingat, mereka juga harus benar-benar mematuhi aturan yang berlaku. Selama 14 hari mereka harus dikarantina, sosial distancing dipatuhi dan PHBS diterapkan,” tandasnya.