Karanganyar- Usaha kuliner skala rumah tangga yang mati suri akibat pandemi virus Corona menyebabkan penjualan daging ayam kurang laku. Di Pasar Jungke Karanganyar Kota, para pedagang mengeluhkan sepinya penjualan daging ayam.
“Enggak ada orang hajatan. Jadi tidak belanja daging. Semua hajatan katanya berhenti,” kata Sriyatun, pedagang daging ayam di Pasar Jungke kepada wartawan, Kamis (9/4).
Biasanya, seluruh dagangannya habis terjual atau bersisa sedikit. Namun selama masa pandemi, penjualan makin sepi. Bahkan dari delapan ekor ayam yang ditawarkannya di lapak, belum satu pun terjual sejak pagi sampai siang. Satu ekor ayam dari harga normal Rp 45 ribu per ekor anjlok menjadi Rp 35 ribu. Itungan perkilo menjadi Rp 27 ribu dari sebelumnya Rp 35 ribu.
Yanti (40), pedagang komoditas sembako di Pasar Jungke mengatakan kehilangan separuh pelanggannya. Mereka adalah pelaku usaha kecil seperti pedagang makan warungan dan unit usaha kantin sekolah.
“Saya kehilangan pelanggan sampai separuh. Mereka itu pedagang warungan dan kaki lima yang kini diliburkan. Pelanggan juga pemilik kantin sekolah, yang juga diliburkan. Praktis sekarang hanya pembeli rumah tangga saja,” katanya.
Ia tak berani menyetok dagangan banyak-banyak. Kondisi seperti ini berkebalikan jelang ramadan tahun lalu, dimana margin yang diperolehnya berlipat ganda. “Mau ramadan tahun kemarin banyak yang membeli. Sekarang separuh dari hari biasa saja tidak sampai,” katanya.
Plt Kepala Dinas Perdagangan Tenaga Kerja Koperasi dan UKM Karanganyar, Martadi mengatakan bisnis para pedagang di pasar tradisional lebih baik dibanding pelaku usaha kuliner di warungan yang kini sepi.
“Setidaknya di pasar tradisional masih dikunjungi. Para pembeli di warung makan langsung beli di pasar dan memasak di rumah. Terkait daging ayam yang tidak laku karena UMKM sedang sepi-sepinya,” katanya. (MG001)
Editor : Ari Kristyono