Semarang – Manajemen PSIS Semarang merasakan dampak yang begitu besar dari wabah virus Corona. Kini imbasnya merembet pada kondisi keuangan manajemen tim berjulukan Laskar Mahesa Jenar.
Status kompetisi yang force majeure, termasuk berpotensi bubar. Membuat PSIS harus merogoh koceknya lebih dalam, untuk menutup beban pengeluaran klub, di sisi lain tidak ada pemasukan.
Pengeluaran terbesar adalah untuk pembayaran gaji pemain, pelatih, dan ofisial tim. Selain itu, PSIS juga harus mengeluarkan biaya operasional yang tidak sedikit untuk perawatan dua stadion yakni Citarum Semarang dan Kebondalem Kendal.
“Pemasukan cukup besar dari laga kandang melawan Arema. Sedangkan dari sponsor, baru tahap pertama yang masuk,” tutur General Manager PSIS, Wahyu Winarto, Jumat (17/4).
“Saat ini kami masih fokus untuk kesehatan pemain, pelatih, dan ofisial. Belum berpikir apakah nanti Liga musim ini harus berhenti. Tentu semua melalui pertimbangan kondisi wabah covid-19,” jelasnya.
Editor : Dhefi Nugroho