Timlo.net–Salah satu masalah dengan virus corona adalah penderitanya menunjukkan gejala yang serupa dengan penyakit lain. Contohnya adalah gejala batuk dan demam. Jadi secara sekilas, sulit untuk menentukan apakah seseorang terkena virus COVID-19 atau penyakit lain.
Tapi tim peneliti dari the Mayo Clinic dan Nference, menggunakan AI (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan yang menolong untuk mengisolasi karakteristik phenotypes virus corona. Hal ini berarti dengan penggunaan AI, gejala-gejala khusus yang muncul paling awal saat seseorang terinfeksi akan diketahui. Jadi jika ada seseorang yang terkena gejala-gejala khusus ini, maka ada kemungkinan kuat dia terinfeksi virus corona, tulis Ubergizmo, Rabu (22/4).
Masa inkubasi virus corona dikatakan sekitar 14 hari. Tapi AI yang digunakan para peneliti bisa mendeteksi gejala awal dalam 4-7 hari sebelum tes. Gejala itu meliputi kombinasi spesifik batuk, diare, juga kehilangan indera perasa atau penciuman, dan keringat berlebihan.
“Karena tes berbasis serologi di rumah untuk COVID-19 dengan sensitivitas dan spesifikasi yang tinggi memperoleh izin, mengetahui gejala-gejala ini akan menjadi semakin penting dalam memfasilitasi pengembangan dan perbaikan model penyakit. Alat kesehatan digital terintegrasi EHR bisa menolong mengatasi kebutuhan ini,” ungkap para peneliti.