Timlo.net – Produktivitas buruh di Indonesia dinilai masih rendah. Bahkan, Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia Fithra Faisal mengatakan produktivitas buruh di Indonesia terendah kedua se-Asean. Rendahnya produktivitas buruh tersebut dia sebut mempengaruhi lambatnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
“Untuk bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi maka kita butuh productivity. Jika kita bicara productivity maka kita bicara labor productivity (produktivitas buruh). Produktivitas buruh kita nomor dua terendah se-Asean,” kata Fithra Faisal pada diskusi virtual yang diadakan oleh Jaringan Bonus Demografi, Kamis (23/4).
Dia mengatakan upah buruh di Indonesia relatif tinggi. Menurutnya upah yang tinggi tidak akan menjadi masalah selama produktivitasnya juga tinggi.
“Nah masalahnya jika dibandingkan antara upah dan gaji itu ada gap yang cukup signifikan. Upahnya tinggi sementara produktivitas levelnya stagnan. Sehingga membuat ongkos produksinya menjadi mahal,” kata pria yang menjabat Direktur Eksekutif Next Policy ini.
Fithra menambahkan rendahnya produktivitas buruh di Indonesia ini juga mempengaruhi lambatnya pertumbuhan investasi di Indonesia.
“Kalau dibandingkan dengan Myanmar, pertumbuhan produktivitasnya tercatat bisa mencapai 80 persen. Nah ini yang menyebabkan adanya appetite (keinginan) dari investor untuk masuk ke Myanmar,” kata Fithra.
Menurut Fithra jika dibandingkan dengan negara-negara Asean, Indonesia masih belum bisa menarik para investor untuk bisa berinvestasi.
“Ketika saya sebagai investor misalnya ingin masuk ke Asia Tenggara maka saya akan masuk ke Vietnam, Thailand, Myanmar, Malaysia, dan Filipina bukan Indonesia,” kata Fithra.
Fithra berharap pendekatan omnibus law yang kini tengah dibahas Pemerintah dan DPR RI bisa mengatasi permasalahan ini.
“Masalah produktivitas ini bisa seharusnya terselesaikan oleh omnibus Law,” kata Fithra.
Editor : Dhefi Nugroho