Timlo.net--Seorang ahli mengklaim jika virus corona akan mati dalam 70 hari karena usia virus itu tidaklah panjang. Profesor Isaac Ben-Israel mengungkap jika virus itu bersifat terbatas. Jadi setiap usaha untuk mencegah penyebarannya akan menghasilkan hal yang sama.
Menurut analisanya, virus itu akan mencapai puncak dalam 40 hari lalu setelah itu mulai menurun. Dalam artikel yang dia publikasikan sendiri, dia menulis, “Ternyata puncak penyebaran virus itu sudah kita lewati selama dua minggu, dan mungkin akan menurun dalam dua minggu lagi.”
“Analisa kami menunjukkan jika hal ini adalah pola yang konstan di berbagai negara. Yang mengejutkan, pola ini umum di negara-negara yang menerapkan lockdown yang ketat, termasuk kelumpuhan ekonomi, juga di negara-negara yang menerapkan kebijakan yang jauh lebih ringan dan meneruskan kehidupan sehari-hari,” tulisnya dilansir dari Daily Star, Sabtu (25/4).
“Data menunjukkan jika kebijakan lockdown bisa dihentikan dalam beberapa hari dan digantikan dengan kebijakan social distancing level menengah,” tambahnya.
Berbicara dalam sebuah stasiun televisi lokal di Israel, dia berkata, “Kebijakan lockdown dan penutupan bisnis adalah kasus histeria massal. Social distancing yang sederhana sudah cukup.”
Menurut ahli matematika dan mantan jenderal itu, menutup perekonomian adalah kesalahan. Saat ditanya bagaimana mencegah penyebaran virus itu tanpa intervensi seperti lockdown, dia menjawab jika perubahan iklim dan usia virus itu akan menolong pencegahan.
Tapi pernyataannya itu memicu debat karena Profesor Gabi Barbash bersikeras jika angka kematian akan bertambah lebih banyak jika Israel dan negara-negara lainnya tidak memakai langkah yang lebih ketat. Gabi menyakini jika Isaac salah.
Dalam perdebatan di antara keduanya, Gabi berkata, “Kita akan hidup dengan virus corona hingga tahun depan. Saya sangat mendesak supaya kita tidak membiarkan ahli matematika–yang tidak tahu apapun soal biologi–menentukan kapan kita bisa menghentikan lockdown.”
Profesor Ben-Israel adalah kepala program the Security Studies di Tel Aviv University dan kepala the National Council for Research and Development.
Editor : Ranu Ario