Wonogiri — Pemkab Wonogiri mengeluhkan lambatnya hasil tes swab dari laboratorium rujukan Covid-19. Oleh sebab itu, Pemkab meminta adanya transparansi penjadwalan antrian hasil tes swab dari pihak laboratorium rujukan Covid-19 tersebut.
“Ini kan lucu jadinya. Ada yang cepat keluar hasilnya, tapi di kita ini sampel dikirim sudah lama sampai sekarang belum keluar hasilnya,” terang Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri Adhi Dharma kepada wartawan, Selasa (19/5).
Oleh sebab itu pihaknya kemudian mempertanyakan terkait transparansi penjadwalan antrian hasil tes swab di laboratorium rujukan Covid-19. Jika perlu, pihak laboratorium memprioritaskan antrian yang masuk terlebih dahulu.
“Coba bayangkan, ini kita punya tanda bukti terima pengiriman sampel swab. Tertanggal 8 Mei, namun hasilnya sampai saat ini belum keluar, ini yang di UNS,” bebernya.
Menurut Adhi Dharma, untuk rumah sakit atau laboratorium rujukan sampel Covid-19 sesuai regulasi ditetapkan berdasar zonasi regionalisasi.
Seperti Wonogiri, awalnya untuk rujukan sampel Covid-19 dikirim ke laboratorium di bawah naungan Kemenkes yakni BBTLKPP Yogyakarta. Seiring waktu berjalan, turun rekomendasi baru dimana untuk Wonogiri laborat rujukan Covid-19 bisa dikirim ke laboratorium kesehatan milik UNS. Lalu, ada perubahan dimana sampel tes swab sekarang bisa dikirim ke RSUD dr Moewardi Solo.
“Untuk RS Moewardi begitu juga. Bahkan ada yang kirim sampel baru-baru ini, tapi hasilnya bisa keluar cepat. Nah, semacam ini yang kita pertanyakan. Kok bisa? Apa karena ketinggalan atau tertumpuk, kami belum tahu,” jelasnya.
Lebihlanjut Adhi Dharma mengatakan, dengan tidak adanya kejelasan dari pihak laboratorium rujukan sampel Covid-19, membuat pemerintah daerah kelabakan.
Dia mengaku sudah tiga kali konfirmasi soal hasil tes swab kepada pihak rumah sakit rujukan. Namun hingga kini belum ada kabar diterimanya. Bahkan termasuk dua pasien positif yang saat ini masih diisolasi di RSUD Sudiran Mangun Soemarso Wonogiri. Tes swab tersebut merupakan tes untuk kedua kalinya, dimana hasilnya ditunggu-tunggu.
Ditambahkan, akibat lambatnya hasil tes swab kemungkinan bisa membuat psikis pasien positif terganggu, lantaran menjalani isolasi terlalu lama. Selain itu, pihak rumah sakit yang merawat pasien juga mendapat imbasnya.
“Karena terlalu lama, bisa saja pasien mengalami stres. Bahkan ada yang meninggal dunia. Pihak rumah sakit sendiri dalam merawat pasien terlalu lama, seharusnya kamar yang digunakan untuk isolasi bisa dipergunakan pasien lainnya,” tandasnya.
Editor : Marhaendra Wijanarko